Pondok Pesantren Tertua di
Indonesia
A.
PESANTREN YANG BERDIRI PADA TAHUN 1700-an
1. Ponpes
Sidogiri Pasuruan Jawa Timur (berdiri tahun 1718)
Sidogiri
dibabat oleh seorang Sayyid dari Cirebon Jawa Barat bernama Sayyid Sulaiman.
Beliau adalah keturunan Rasulullah r dari marga Basyaiban.
Ayahnya,
Sayyid Abdurrahman, adalah seorang perantau dari negeri wali, Tarim Hadramaut
Yaman. Sedangkan ibunya, Syarifah Khodijah, adalah putri Sultan Hasanuddin bin
Sunan Gunung Jati. Dengan demikian, dari garis ibu, Sayyid Sulaiman merupakan
cucu Sunan Gunung Jati.
Terdapat
dua versi tentang tahun berdirinya Pondok Pesantren Sidogiri yaitu 1718 atau
1745. Dalam suatu catatan yang ditulis Panca Warga tahun 1963 disebutkan bahwa
Pondok Pesantren Sidogiri didirikan tahun 1718. Catatan itu ditandatangani oleh
Almaghfurlahum KH Noerhasan Nawawie, KH Cholil Nawawie, dan KA Sa’doellah
Nawawie pada 29 Oktober 1963.
Anggota
Majelis Keluarga saat ini adalah: KH A Nawawi Abd Djalil, Nawawy Sadoellah, KH
Fuad Noerhasan, KH Abdullah Syaukat Siradj, KH Abd Karim Thoyib, H Bahruddin
Thoyyib.
2. Ponpes
Jamsaren Jawa Tengah (berdiri tahun 1750)
Pondok
pesantren Jamsaren berlokasi di Jalan Veteran 263 Serengan Solo. Ponpes ini
pertama berdiri sekitar tahun 1750. Dalam sejarahnya, pondok ini melewati dua
periode, setelah mengalami kevakuman hampir 50 tahun, antara 1830 – 1878.
Semula, pondok pesantren yang didirikan pada masa pemerintahan Pakubuwono IV
ini hanya berupa surau kecil. Kala itu, PB IV mendatangkan para ulama, di
antaranya Kiai Jamsari (Banyumas). Nama Jamsaren itu juga diambil dari nama
kediaman Kiai Jamsari yang kemudian diabadikan hingga sekarang.
Vakumnya
pondok pada 1830 disebabkan terjadinya operasi tentara Belanda. Operasi itu
dimulai lantaran Belanda kalah perang dengan Pangeran Diponegoro pada 1825 di
Yogyakarta. Karena kalah, Belanda melancarkan serangkaian tipu muslihat dan
selanjutnya berhasil menjebak Pangeran Diponegoro. Karena itu pada 1830, para
kiai dan pembantu Pangeran Diponegoro di Surakarta dan PB VI bersembunyi dan keluar
dari Surakarta ke daerah lain, termasuk Kiai Jamsari II (putra Kiai Jamsari)
dan santrinya.
Setelah
sekitar 50 tahun kosong, seorang kiai alim dari Klaten yang merupakan keturunan
pembantu Pangeran Diponegoro, Kiai H Idris membangun kembali surau tersebut.
Kini
sistem pendidikan salafiyah dan madrasah diniyah (madin) namun para santri
boleh belajar sekolah formal SLTP SLTA di bawah Yayasan Perguruan Al Islam
Surakarta.
3. Pondok
PPMH Gading Malang Jatim (berdiri tahun 1768)
Pondok
Pesantren Miftahul Huda (PPMH) Malang didirikan oleh KH. Hasan Munadi pada
tahun 1768. PPMH juga dikenal dengan nama Pondok Gading karena tempatnya berada
di kelurahan Gading Kasri, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Bahkan nama yang
terakhir lebih masyhur dikalangan masyarakat.
KH. Hasan
Munadi wafat pada usia 125 tahun. Beliau mengasuh pondok pesantren ini selama
hampir 90 tahun.
Kini
pesantren ini diasuh oleh KH. Abdurrohim Amrullah Yahya (1971 – sekarang), KH.
Abdurrahman Yahya, KH. Ahmad Arief Yahya, KH. Muhammad Baidlowi Muslich, Ust.
Drs. HM. Shohibul Kahfi, M.Pd., dan Ibu Nyai Dewi Aisyah (Pesantren Putri)
Sistem
pendidikan adalah Madrasah Diniyah Salafiyah Matholiul Huda (MMH) terdiri atas.
Adapun tingkatannya adalah sebagai berikut :
1)
Tingkat Ula (Pendidikan
Tingkat Dasar)
Terdiri dari empat tingkat
(kelas) dengan menitikberatkan pada pelajaran dasar- dasar keislaman, antara
lain: Membaca al-Qur’an, Fasholatan. Imla’/ menulis arab, Tajwid(Tuhfatul
Athfal), fiqih (Safinatun Najah jawa), Sejarah (Khulashoh Nurul Yaqin). Tajwid
(Jazariyah), Fiqih (Safinatun Najah), Tauhid (Aqidatul Awam), Sharaf
(al-Amtsilatu at-Tashrifiyyah), Praktek membaca Al-Qur’an (Juz A’mma). Fiqih
(Sullamutaufiq), Tauhid (Bad’ul Amali), Sharaf (al- Amtsilatu at-Tashrifiyyah),
Nahwu (Jurumiyah).
2)
Tingkat Wustho (Pendidikan
Tingkat Menengah)
Tingkat ini merupakan lanjutan
dari tingkat Ula yang terdiri dari tiga tingkat (kelas) dengan menitikberatkan
pada pendalaman Ilmu Alat. Pelajaran yang dikaji meliputi :
ü Nahwu
(Imrithi I), Sharaf (Kailani), Fiqih (Fathul Qorib I), Tafsir (al-Jalalain),
Hadits (Bulughul Maram I), Bahasa Arab (Al Arabiyah I)
ü Nahwu
(Imrithi II), I’rob (Qowaidul I’rob), Fiqih (Fathul Qorib II), Tafsir
(al-Jalalain II), Hadits (Bulughul Maram II), Bahasa Arab (Al Arabiyah II)
ü Nahwu
(Fathu Robbil Bariyyah), Balaghoh (Qowaidul Lughoh Al Arabiyyah), Fiqih (Syawir
Fathul Qorib), Tafsir (al-Jalalain III), Hadits (Bulughul Maram III), Faraidh
(Syarah Nadhom Ar Rohbiyyah).
3)
Tingkat Ulya (Pendidikan
Tingkat Atas)
Jenjang ini ditempuh selama tiga
tahun dengan menitikberatkan pada pendalaman ilmu fiqih (syawir) dan Ilmu
Hisab. Pelajaran yang dikaji meliputi :
ü Fiqih
(Fathul Muin I), Ushul Fiqih (Al-Mabadiul Awwaliyah), Nahwu (Alfiyyah Ibnu Aqil), Tauhid (Ummul Barahin)
ü Fiqih
(Fathul Muin II), Ushul Fiqih (Faraidhul Bahiyyah), Nahwu (Alfiyyah Ibnu Aqil),
Ilmu Hadits (Manhaj Dzawin Nadhor), Tauhid (Ummul Barahin)
ü Fiqih
(Fathul Muin III), Nahwu (Alfiyyah Ibnu Aqil), Ilmu Hisab (Sullamun Nayyiroin),
Arudh (Mukhtar As-syafi), Balaghoh (Jauharul Maknun)
4. Pondok
Pesantren Buntet Cirebon Jawa Barat (berdiri tahun 1785)
Buntet
Pesantren berdiri sejak abad ke 18 tepatnya tahun 1785. Menurut catatan sejarah
seperti yang tertulis dalam buku Sejarah Pondok Buntet Pesantren karya H. Amak
Abkari, bahwa tokoh Ulama yang pertama kali mendirikan Pesantren ini adalah
seorang Mufti Besar Kesultanan Cirebon bernama Kyai Haji Muqoyyim (Mbah
Muqoyyim).
Tempat
yang pertama kali dijadikan sebagai pondok pesantren Buntet, letaknya di Desa
Bulak kurang lebih 1/2 km dari perkampungan Pesantren yang sekarang. Sebagai
buktinya di Desa Bulak tersebut terdapat peninggalan Mbah Muqoyyim berupa makan
santri yang sampai sekarang masih utuh.
Lebih
jelasnya periodisasi kepemimpinan Kyai Sepuh ini berturut-turut hingga sekarang
dipimpin oleh Kyai yang dikenal Khos yaitu KH. Abdullah Abbas (kini Almarhum),
dan digantikan oleh KH. Nahduddin Abbas.
5. PP
Darul Ulum Banyuanyar Pamekasan Madura (berdiri tahun 1787)
Pondok
Pesantren Banyuanyar bermula dari sebuah langgar (musholla) kecil yang
didirikan oleh Kyai Itsbat bin Ishaq sekitar tahun + 1787 M/1204 H. Beliau
adalah salah seorang ulama kharismatik yang terkenal dengan kezuhudan,
ketawadhuan dan kearifannya yang kemudian melahirkan tokoh-tokoh masyarakat dan
pengasuh pondok pesantren di Pulau Madura dan Pulau Jawa.
Nama
Banyuanyar diambil dari bahasa Jawa yang berarti air baru. Hal itu didasari
penemuan sumber mata air (sumur) yang cukup besar oleh Kyai Itsbat. Sumber mata
air itu tidak pernah surut sedikitpun, bahkan sampai sekarang air tersebut
masih dapat difungsikan sebagai air minum santri dan keluarga besar Pondok
Pesantren Banyuanyar.
Sedangkan
nama “Darul Ulum” adalah nama yang digunakan secara formal sejak tahun 1980-an
sebagai nama lembaga, baik pendidikan formal maupun non formal. “Darul Ulum”
juga menjadi nama institusi-institusi yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren
Banyuanyar.
Nama-Nama
Pengasuh Pondok Pesantren Banyuanyar
I.
K. Itsbat Bin Ishaq Bin Hasan
Bin Abdurrahman (Kyai Abdurrahman adalah menantu Sunan Giri Gresik), periode
tahun 1788 s/d 1868.
II.
RKH. Abdul Hamid Bin
Itsbat, periode tahun 1868 s/d 1933.
III.
RKH. Abdul Majid bin Abdul
Hamid (wafat 1958 M), periode tahun 1933 s/d 1943.
IV.
RKH. Baidhawi bin Abdul
Hamid (wafat 1966 M), periode tahun 1943 s/d 1966.
V.
RKH. Abdul Hamid Bakir bin
Abdul Majid (wafat 1980 M), periode tahun 1966 s/d 1980.
VI.
RKH. Muhammad Syamsul
Arifin bin KH. Abdul Lathif, periode tahun 1980-sekarang.
B. PESANTREN BERDIRI PADA TAHUN 1800-an
1. Ponpes
Tremas Paciatan Jawa Timur (berdiri tahun 1830)
Sejarah
berdirinya Pondok Tremas yang dipelopori oleh beliau KH. Abdul Manan pada tahun
1830 M. Bagus Darso (nama kecil KH. Abdul Manan) menyelesaikan pelajarannya di
Pondok Tegalsari Ponorogo, beliau lantas mendirikan pondok di daerah Semanten
[2km arah utara kota Pacitan], Namun dikemudian hari pondok tersebut akhirnya
dipindah ke Tremas.
Pondok
pesantren Tremas mengadopsi sistem pendidikan salafiyah. Beberapa ciri khas
dari pesantren salaf adalah:
ü pertama,
adanya penekanan pada penguasaan kitab klasik atau kitab kuning (kutub
atturats).
ü Kedua,
masih diberlakukannya sistem pengajian sorogan, wetonan, bandongan dalam proses
kegiatan belajar mengajar (KBM) santri.
ü Ketiga,
saat ini walaupun pesantren salaf memperkenalkan sistem jenjang kelas–disebut
juga dengan sistem klasikal–namun materi pelajaran tetap berfokus pada
kitab-kitab kuning alias kitab klasik.
ü Keempat,
secara umum hubungan emosional kyai-santri di pesantren salaf jauh lebih dekat
dibanding pesantren modern. Hal ini karena kyai menjadi figur sentral: sebagai
edukator karakter, pembimbing rohani dan pengajar ilmu agama.
ü Kelima,
materi pelajaran umum seperti matematika atau ilmu sosial tidak atau sangat
sedikit diajarkan di pondok salaf.
Kini
pesantren ini dipimpin oleh KH. Fu’ad Habib Dimyathi..
web:
http://pondoktremas.com/new/
2. Ponpes
Langitan Tuban Jawa Timur (berdiri tahun 1852)
Berdirinya
lembaga ini jauh sebelum Indonesia merdeka yaitu tepatnya pada tahun 1852, di
Dusun Mandungan, Desa Widang, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Komplek Pondok Pesantren Langitan terletak di samping bengawan Solo dan berada
di atas areal tanah seluas kurang lebih 7 hektar.
Lembaga
pendidikan ini dahulunya adalah hanya sebuah surau kecil tempat pendiri Pondok
Pesantren Langitan, KH. Muhammad Nur mengajarkan ilmunya dan menggembleng
keluarga dan tetangga dekat untuk meneruskan perjuangan dalam mengusir kompeni
(penjajah) dari tanah Jawa. KH. Muhammad Nur mengasuh pondok ini kira-kira
selama 18 tahun (1852-1870 M).
Kini (th
2012) kepengasuhan diampu oleh KH. Abdul Hadi Zahid, KH. Ahmad Marzuqi Zahid
dan KH. Abdulloh Faqih.
3. Ponpes
Syaikhona Kholil Bangkalan (berdiri tahun 1861)
4. Pondok
Pesantren Sukamiskin Bandung Jabar (berdiri tahun 1881)
5. Pondok
Pesantren Tebuireng Jombang Jatim (berdiri tahun 1899)
C. PESANTREN BERDIRI PADA TAHUN 1900-an
1.
Ponpes Al-Munawwir Krapyak
Jogjakarta (berdiri tahun 1911)
2.
Ponpes Musthafawiyah Purba
Baru Sumut (berdiri tahun 1912)
3.
Pondok Modern Gontor
Ponorogo Jatim (berdiri tahun 1926)
4.
PP Bata-bata Pamekasan
Madura Jawa Timur (berdiri tahun 1943)
5.
PP Nurul Jadid Paiton
Probolinggo Jawa Timur (berdiri tahun 1950)
6.
PP Al-Khoirot Malang Jawa
Timur (berdiri tahun 1963)
Sumber:
1. http://sidogiri.net/
2. http://buntetpesantren.org/
3.http://langitan.net/
Sumber:
1. http://sidogiri.net/
2. http://buntetpesantren.org/
3.http://langitan.net/
Komentar